makalah sosiologi komunikasi

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah sosiologi komunikasi
Dosen pengampu : Bahron Anshori
                                                                                    

http://dc451.4shared.com/doc/kAjUwkXv/preview_html_m71188c49.jpg



Disusun oleh :

Ika Melati Yulistiani
Hikmah Ding


SEKOLAH  TINGGI  AGAMA ISLAM (STAI) AL-FATAH

FAKULTAS KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM PROGRAM S-1

CILEUNGSI-BOGOR
2016-2017



KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim,

Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah sosiologi komunikasi yang berjudul “filsafat sosiologi komunikasi Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, pemimpin para Nabi dan panutan bagi umat Islam di dunia yang beriman dan bertaqwa, begitu juga dengan para keluarga dan sahabat yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang “Ila Dzulumati Ilannur” serta kepada pengemban risalah mulia yang selalu mengikuti metode serta langkah beliau yang menjadikan “Al-Qur‟an” sebagai pedoman sekaligus sumber hukum.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan, demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga amal kebaikan dan aktivitas yang kita lakukan selalu ada dalam rahmat dan ampunannya, Aamiin.











cileungsi, 02 februari  2018




                                      penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian filsafat modern ................................................................... 3
B. positivisme  .......................................................................................... 7
C. Alam simbolis dan posmodernisme ..................................................... 9

BAB III PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA



BAB 1
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagi pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan. Memahami tradisi pemikiran Barat sebagaimana tercermin dalam pandangan filsafatnya merupakan kearifan tersendiri, karena kita akan dapat melacak segi-segi positifnya yang layak kita tiru dan menemukan sisi-sisi negatifnya untuk tidak kita ulangi. Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat Barat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama, adalah zaman Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Para filosof pada masa ini mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris. Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya. Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskursus filsafat.

Filsafat Modern (Abad 17-19)
Semangat untuk membebaskan manusia dari keterbelengguan teologis muncul pada masayang disebut Renaisans yang berarti lahir kembali. Sejarah mencatat bahwa perkembanganilmu pengetahuan di dunia Islam telah maju lebih dulu sebelum dunia Barat memperoleh‘pencerahan’.Renaisans yang kemudian diikuti oleh masa pencerahan (Aufklarung) menjadi titik tolakmodernism di mana ilmu pengetahuan, filsafat, dan ideologi berkembang dengan pesatnya.Pemikiran Rene Descartes berjasa merehabilitasi, mereotonomisasi rasio yang setelahsekian lama dijadikan hamba sahaya keimanan. Rasio adalah sumber satu-satunya bagipengetahuan, kesan-kesan indrawi dianggap sebagai ilusi yang hanya bisa diatasi olehkemampuan yang dimiliki rasio.Rene Descartes telah melopori suatu aliran filsafat yangpengarhunya sangat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan yaitu rasionalisme,(Adian, 2002).Pertentangan antara rasionalisme dan empirisme terus berlangsung sampai muncul seorangfilsuf bernama Immanuel Kant yang berhasil membuat sintesis antara rasionalisme danempirisme.Kant mengetakan bahwa rasio dan empiris adalah sama-sama sumberpengetahuan dimana pesan-pesan empiris dikonstruksikan oleh rasio manusia melaluikategori menjadi pengetahuan. Pernyataan Kant terkenal sapere aude (berpikir sendiri).
5. Positivisme (Abad ke-20)
 Auguste Comte adalah filsuf yang memelopori aliran filsafat ini. Comte jugalah yangmenciptakan istilah sosiologi sebagai disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat secarailmiah.Positivisme mendominasi wacana ilmu dengan menetapkan kriteria ilmu manusiamaupun alam untuk disebut sebagai ilmu pengetahuan diantaranya eksplanatoris danprediktif. (Objektif, fenomenalisme, reduksionisme, naturalisme)
6. Alam Simbolis
Positivisme telah mereduksi kekayaan pengalaman manusia menjadi fakta-fakta empiris.Manusia menurut Ernest Cassirer adalah makhluk yang memiliki substratum simbolisdalam benaknya hingga mampu memberikan jarak antara rangsangan dan
tanggapan.Distansiasi tersebut melahirkan apa yang disebut sistem-sistem simbolis,seperti ilmu pngetahuan, seni, religi, dan bahasa (Adian, 2002:13)
7. Posmodernisme
Posmodernisme sangat anti terhadap ide-ide, seperti kemajuan, emansipasi, linieritassejarah, dan sebagainya. Pemikir posmo, seperti Lyotard, Foucault, danDerrida.Posmodernis adalah pewaris kaum Sofis Yunani Kuno yang sangat anti-kebenarantunggal demi berkecambahnya kebenaran pratikular yang plural. Posm adalah gelombangkritik mutakhir terhadap modernisme yang telah dijadikan sains, rasionalitas suatu teologibaru yang menghasilkan suatu kebudayaan yang matematis, kalkulatif, monolitik, dan keringbatin.Menurut Jean Francois Lyotard, modernisme muncul dengan menggeser narasi spiritualtentang takdir manusia dengan narasi yang lebih sekuler. Marxisme adalah suatu contohmenarik. Marxisme seayun dengan narasi Kristiani tentang lahirnya Kerajaan Allah. Ideologitersebut memandang sejarah manusia secara deterministik. Posmodernisme adalah periodedimana ketidakpercayaan pada narasi-narasi raksasa yang sifatnya universal dan esensialissemakin gencar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut;
a. Apa pengertian filsafat modern?
b. Apa yang dimaksud dengan positivisme?
c. apa yang dimaksud dengan alam simbolik dan posmodernisme ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:
a. Mengetahui pengertian dari filsafat modern
b. Mengetahui apa yang dimaksud dengan positivisme
c. Mengetahui apa yang dimaksud dengan alam simbolik dan posmodernisme



BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN FILSAFAT MODERN
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam sampai ke akar – akarnya dalam mencari hakikat dari suatu fenomena untuk memperoleh kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, Tidak juga dari para penguasa tetapi dari diri manusia sendiri. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio. Dan  Aliran emperisme sebaliknya yaitu  meyakini  pengalaman Sumber pengetahuan itu,baik yang batin maupun inderawi.
Aliran rasionalisme di pelopori oleh Rene Descartes(1596-1650M) dalam Discoerse Dela methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya pada metode jitu sebagai dasar kokoh Bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyaksikan segalanya, secara metodis. namun  dalam kesangsian yang metodis ini ternyata hanya satu hal yang tidak dapat Diragukan,yaitu ‘Saya ragu-ragu’. Ini bukan hayalan,tetapi kenyataan, bahwa ‘Aku ragu-ragu’.
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber  pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang  mencoba  memadukan kedua pendapat berbeda. 
Filsafat Modern (Masa Renaissance) Renaissance berarti “lahir kembali”. Pengertian riilnya adalah manusia mulai memiliki kesadaran-kesadaran baru yang mengedepankan nilai dan keluhuran manusia. Suasana dan budaya berpikirnya memang melukiskan “kembali” kepada semangat awali, yaitu semangat filsafat Yunani kuno yang mengedepankan penghargaan terhadap kodrat manusia itu sendiri.
Zaman renaissance sering disebut sebagai sebagai zaman humanisme, sebab pada abad pertengahan manusia kurang dihargai sebagai manusia, kebenaran diukur berdasarkan kebenaran gereja,  bukan menurut yang dibuat oleh manusia. humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunianya. Ciri utama renaissance dengan demikian adalah humanisme, individualisme, lepas dari agama. Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam merumuskan pengetahuan, meskipun harus diakui bahwa filsafat belum menemukan bentuk pada zaman renaissance, melainkan pada zaman sesudahnya, yang berkembang pada waktu itu sains, dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan sains yang kemudian berimplikasi pada semakin ditinggalkan agama kristen karena semangat humanisme. Fenomena tersebut cukup tampak pada abad modern.
B.     POSITIVISME
Pengertian Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realita. Ini berarti, apa yang disebut sebagai positif bertentangan dengan apa yang hanya ada di dalam angan-angan (impian), atau terdiri dari apa yang hanya merupakan konstruksi atas kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal manusia.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu paham yang dalam ‘pencapaian kebenaran’-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi. Segala hal diluar itu, sama sekali tidak dikaji dalam positivisme.
Tokoh aliran ini adalah August Comte (1798-1857). Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah (scientific method) dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empiris yang terukur. “Terukur” inilah sumbangan penting positivisme. Misalnya, hal panas.
Positivisme mengatakan bahwa air mendidih adalah 100 derajat celcius, besi mendidih 1000 derajat celcius, dan yang lainnya misalnya tentang ukuran meter, ton, dan seterusnya. Ukuran - ukuran tadi adalah operasional, kuantitatif, tidak memungkinkan perbedaan pendapat.
Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang meyakini bahwa satu – satunya pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktualfisikal. Pengetahuan demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis dihindari. Positivisme, dalam pengertian diatas dan sebagai pendekatan telah dikenal sejak Yunani Kuno . Terminologi positivisme dicetuskan pada pertengahan abad 19 oleh salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte percaya bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan historis yaitu teologi, metafisik, dan ilmiah. Dalam tahap teologi, fenomena alam dan sosial dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan spiritual. Pada tahap metafisik manusia akan mencari penyebab akhir (ultimate cause) dari setiap fenomena yang terjadi. Dalam tahapan ilmiah usaha untuk menjelaskan fenomena akan ditinggalkan dan ilmuwan hanya akan mencari korelasi antar fenomena. Pengembangan penting dalam paham positivisme klasik dilakukan oleh ahli ilmu alam Ernst Mach yang mengusulkan pendekatan teori secara fiksi (fictionalist).
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik).
Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan. Terdapat tiga tahap dalam perkembangan positivisme, yaitu:

1)      Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi, walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan Spencer.
2)      Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme – berawal pada tahun 1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri positivisme awal. Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.

3)      Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain. Serta kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis, positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

C.     ALAM SIMBOLIK DAN POSTMODERNISME
1.      Pengertian alam simbolik
Alam simbolik Merupakan reaksi keras terhadap positivisme terutama pada asumsi kesatuan metode untuk ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu manusia.
Metode positivistik mengasumsikan  bahwa objek-objek alam maupun manusia bergerak secara deterministik-mekanis.
Menurut Ernest Cassirer, manusia adalah makhluk yang memiliki substratum simbolis dalam benaknya hingga mampu memberikan jarak antara rangsangan dan tanggapan. Refleksi tersebut melahirkan apa yang disebut sistem-sistem simbolis, seperti ilmu pengetahuan, seni, religi dan bahasa.
Positivisme telah mereduksi kekayaan pengalaman manusia menjadi fakta-fakta empiris.Manusia menurut Ernest Cassirer adalah makhluk yang memiliki substratum simbolisdalam benaknya hingga mampu memberikan jarak antara rangsangan dan tanggapan.Distansiasi tersebut melahirkan apa yang disebut sistem-sistem simbolis,seperti ilmu pngetahuan, seni, religi, dan bahasa (Adian, 2002:13)

2.      Pengertian Post Modernisme
Post-modern-isme, berasal dari bahasa Inggris yang artinya faham (isme), yang berkembang setelah (post) modern. Istilah ini muncul pertama kali pada tahun 1930 pada bidang seni oleh Federico de Onis untuk menunjukkan reaksi dari moderninsme. Kemudian pada bidang Sejarah oleh Toyn Bee dalam bukunya Study of History pada tahun 1947. Setelah itu berkembanga dalam bidang-bidang lain dan mengusung kritik atas modernisme pada bidang-bidangnya sendiri-sendiri.
Postmodernisme adalah faham yang berkembang setelah era modern dengan modernisme-nya. Postmodernisme bukanlah faham tunggal sebuat teori, namun justru menghargai teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari titik temu yang tunggal.Banyak tokoh-tokoh yang memberikan arti postmodernisme sebagai kelanjutan dari modernisme. Namun kelanjutan itu menjadi sangat beragam. Bagi Lyotard dan Geldner, modernisme adalah pemutusan secara total dari modernisme. Bagi Derrida, Foucault dan Baudrillard, bentuk radikal dari kemodernan yang akhirnya bunuh diri karena sulit menyeragamkan teori-teori. Bagi David Graffin, Postmodernisme adalah koreksi beberapa aspek dari moderinisme. Lalu bagi Giddens, itu adalah bentuk modernisme yang sudah sadar diri dan menjadi bijak. Yang terakhir, bagi Habermas, merupakan satu tahap dari modernisme yang belum selesai.
Postmodernisme adalah sebuah term atau istilah yang rumit. Suatu hal yang sulit, bila tidak bisa dikatakan mustahil, untuk menjelaskan postmodernisme. Tidak hanya postmodernisme bisa ditemukan dalam berbagai hal (seperti dalam seni, arsitekur, studi literatur, dan ilmu sosial), namun juga dalam berbagai hal tersebut postmodernisme dimengerti dan dijelaskan dengan berbagai cara yang berbeda.  Apabila kita berbicara mengenai pengertian postmodernisme, maka akan beragam definisi yang bisa ditemukan. Mengenai beragamnya definisi postmodernisme, Kvale (2006) berpendapat bahwa istilah postmodernisme, yang berasal dari istilah posmodern, dapat sangat luas, kontroversial, dan ambigu.Halini terlihat dari pembagian pengertian yang Kvale lakukan untuk membedakan istilah postmodern, yaitu :
–  Postmodernitas yang berkaitan dengan era posmodern. Satu pendapat mengatakan bahwa post-modernitas adalah suatu kondisi atau keadaan; perhatiannya kepada perubahan pada lembaga-lembaga dan kondisi-kondisi, seperti ekonomi, politik, dan kultural (Giddens 1990; Jenkins, 1995: 6). Postmodernitas adalah kondisi dimana masyarakat tidak lagi diatur oleh prinsip produksi barang, melainkan produksi dan reproduksi informasi dimana sektor jasa menjadi faktor yang paling menentukan. Masyarakat adalah masyarakat konsumen yang tidak lagi bekerja demi memenuhi kebutuhan, melainkan demi memenuhi gaya hidup.
–   Posmodernism yang berkaitan dengan ekspresi kultural era postmodern. Pemikiran posmodern, atau wacana, yang berkaitan dengan refleksi filosofis dari era dan budaya postmodern. Postmodernisme adalah perubahan-perubahan intelektual ekspresif pada level teori; pada estetika, sastra, filsafat politik atau sosial yang secara sadar menjawab kondisi-kondisi postmodernitas, atau yang mencoba bergerak melampaui atau melakukan kritik terhadap modernitas.
 Lahirnya Postmodernisme
Post modernisme (postmo) adalah gerakan untuk melawan, bahkan menolak arus utama modernisme, ada pula yang mengganggapnya sebagai anti-modernisme dan anti-positivisme. Dalam situs http://en.wikipedia.org/wiki/Postmodernismmenyebutkan bahwa ; Istilah postmodernisme dibuat pada akhir tahun 1940 oleh sejarawan Inggris, Arnold Toynbee. Akan tetapi istilah tersebut baru digunakan pada pertengahan 1970 oleh kritikus seni dan teori asal Amerika, Charles Jencks, untuk menjelaskan gerakan antimodernisme. Jean-Francois Lyotard, dalam bukunya The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (1979), adalah salah satu pemikir pertama yang menulis secara lengkap mengenai postmodernisme sebagai fenomena budaya yang lebih luas. Ia memandang postmodernisme muncul sebelum dan setelah modernisme, dan merupakan sisi yang berlawanan dari modernisme. Hal ini diperkuat oleh pendapat Flaskas (2002) yang mengatakan bahwa postmodernisme adalah oposisi dari premis modernisme. Beberapa di antaranya adalah gerakan perpindahan dari fondasionalisme menuju anti-fondasionalisme, dari teori besar (grand theory) menuju teori yang spesifik, dari sesuatu yang universal menuju ke sesuatu yang sebagian dan lokal, dari kebenaran yang tunggal menuju ke kebenaran yang beragam. Semua gerakan tersebut mencerminkan tantangan postmodernist kepada modernist. Sedangkan Adian (2006) menangkap adanya gejala “nihilisme” kebudayaan barat modern. Sikap kritis yang bercikal bakal pada filsuf semacam Nietzsche, Rousseau, Schopenhauer yang menanggapi modernisme dengan penuh kecurigaan. Sikap-sikap kritis terhadap modernisme tersebut nantinya akan berkembang menjadi satu mainstream yang dinamakan postmodernisme.
 
BAB III
PENUTUP
Ø  KESIMPULAN
a)       FILSAFAT MODERN
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam sampai ke akar – akarnya dalam mencari hakikat dari suatu fenomena untuk memperoleh kebenaran yang sesungguhnya.
b)      POSITIVISME
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
c)      ALAM SIMBOLIK
Alam simbolik Merupakan reaksi keras terhadap positivisme terutama pada asumsi kesatuan metode untuk ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu manusia.
d)      POSTMODERNISME
Postmodernisme adalah faham yang berkembang setelah era modern dengan modernisme-nya. Postmodernisme bukanlah faham tunggal sebuat teori, namun justru menghargai teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari titik temu yang tunggal.

Ø  KRITIK DAN SARAN
Jadikanlah makalah ini sebagai media untuk memahami tentang penjelasan dari filsafat modern, positivisme, alam simbolik dan posmodernisme. Dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan dan konstruktif demi kesempurnaan penulisan makalah.Adapun saran kami sebagai penyaji makalah kepada para pembaca ialah untuk tetap mencari referensi-referensi yang lain yang menyangkut dalam pembahasan ini, di karenakan makalah ini hanya garis-garis besar saja dan hanya  sebagian referensi buku yang kami jadikan, sehingga makalah ini tercipta sederhana. Yang akan di kwatirkan para pembaca kurang memahami yang lebih dalam lagi . dan apa bila buku ini bermanfaat dan bisa menjadi pegangan sehari-hari, itu datang nya dari Allah Swt, dan apabila di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan itu datangnya dari pemakalah sendiri. Terimakasih.



DAFTAR PUSTAKA

https://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/22/filsafat-modern-dan-pembentukannya-renaisans-rasionalisme-dan-empirisme/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah teory analisis framing

AYAH

MENELADANI SIFAT-SIFAT PARA NABI DAN ROSUL DEMI KEMULIAAN HIDUP