makalah sosiologi komunikasi
SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Disusun untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah sosiologi komunikasi
Dosen pengampu : Bahron Anshori

Disusun oleh :
Ika Melati Yulistiani
Hikmah Ding
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI) AL-FATAH
FAKULTAS KOMUNIKASI PENYIARAN
ISLAM PROGRAM S-1
CILEUNGSI-BOGOR
2016-2017
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim,
Puji syukur Kehadirat
Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan Makalah sosiologi komunikasi yang berjudul “filsafat
sosiologi komunikasi Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, pemimpin para Nabi dan panutan
bagi umat Islam di dunia yang beriman dan bertaqwa, begitu juga dengan para
keluarga dan sahabat yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
terang-benderang “Ila Dzulumati Ilannur” serta kepada pengemban risalah
mulia yang selalu mengikuti metode serta langkah beliau yang menjadikan
“Al-Qur‟an” sebagai pedoman sekaligus sumber hukum.
Penyusun sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penyusun harapkan, demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga
amal kebaikan dan aktivitas yang kita lakukan selalu ada dalam rahmat dan ampunannya,
Aamiin.
cileungsi,
02 februari 2018
penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
.....................................................................................
i
DAFTAR ISI
....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
...............................................................................
1
B.
Rumusan Masalah
.......................................................................... 2
C. Tujuan
............................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian filsafat modern ...................................................................
3
B.
positivisme ..........................................................................................
7
C. Alam simbolis dan
posmodernisme ..................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
..............................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Tradisi
pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagi pengembangan budaya Barat
dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini
kehidupan. Memahami tradisi pemikiran Barat sebagaimana tercermin dalam
pandangan filsafatnya merupakan kearifan tersendiri, karena kita akan dapat melacak
segi-segi positifnya yang layak kita tiru dan menemukan sisi-sisi negatifnya
untuk tidak kita ulangi. Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat Barat memiliki
empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas corak pemikiran yang dominan
pada waktu itu. Pertama, adalah zaman Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari
filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan
gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (arche)
yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Para filosof pada masa ini
mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran
filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris. Kedua, adalah zaman
Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris.
Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat
dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada
abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan
ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang
seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya. Ketiga,
adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai
pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris.
Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan
filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan
politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak
dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas
kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada
zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan
yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah
agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat
absolut. Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris,
artinya teks menjadi tema sentral diskursus filsafat.
Filsafat Modern (Abad 17-19)
Semangat untuk membebaskan manusia dari
keterbelengguan teologis muncul pada masayang disebut
Renaisans yang berarti lahir kembali. Sejarah mencatat bahwa perkembanganilmu
pengetahuan di dunia Islam telah maju lebih dulu sebelum dunia Barat
memperoleh‘pencerahan’.Renaisans yang kemudian diikuti oleh masa pencerahan
(Aufklarung) menjadi titik tolakmodernism di mana ilmu pengetahuan, filsafat,
dan ideologi berkembang dengan pesatnya.Pemikiran
Rene Descartes berjasa merehabilitasi, mereotonomisasi rasio yang setelahsekian
lama dijadikan hamba sahaya keimanan. Rasio adalah sumber satu-satunya bagipengetahuan,
kesan-kesan indrawi dianggap sebagai ilusi yang hanya bisa diatasi olehkemampuan yang dimiliki rasio.Rene Descartes telah
melopori suatu aliran filsafat yangpengarhunya sangat besar bagi
perkembangan ilmu pengetahuan yaitu rasionalisme,(Adian, 2002).Pertentangan antara rasionalisme
dan empirisme terus berlangsung sampai muncul seorangfilsuf bernama
Immanuel Kant yang berhasil membuat sintesis antara rasionalisme
danempirisme.Kant mengetakan bahwa rasio dan empiris adalah sama-sama sumberpengetahuan
dimana pesan-pesan empiris dikonstruksikan oleh rasio manusia melaluikategori
menjadi pengetahuan. Pernyataan Kant terkenal sapere aude (berpikir sendiri).
5. Positivisme (Abad ke-20)
Auguste Comte adalah filsuf yang memelopori aliran filsafat ini. Comte jugalah yangmenciptakan
istilah sosiologi sebagai disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat secarailmiah.Positivisme mendominasi wacana ilmu dengan
menetapkan kriteria ilmu manusiamaupun alam untuk disebut sebagai ilmu
pengetahuan diantaranya eksplanatoris danprediktif. (Objektif, fenomenalisme,
reduksionisme, naturalisme)
6. Alam Simbolis
Positivisme telah mereduksi kekayaan pengalaman
manusia menjadi fakta-fakta empiris.Manusia menurut Ernest Cassirer adalah
makhluk yang memiliki substratum simbolisdalam benaknya hingga mampu memberikan
jarak antara rangsangan dan
tanggapan.Distansiasi tersebut melahirkan apa yang disebut sistem-sistem
simbolis,seperti ilmu pngetahuan, seni, religi, dan bahasa (Adian, 2002:13)
7. Posmodernisme
Posmodernisme sangat anti terhadap ide-ide, seperti kemajuan,
emansipasi, linieritassejarah, dan sebagainya. Pemikir posmo, seperti Lyotard,
Foucault, danDerrida.Posmodernis adalah pewaris kaum Sofis Yunani Kuno yang
sangat anti-kebenarantunggal demi berkecambahnya kebenaran pratikular yang
plural. Posm adalah gelombangkritik mutakhir terhadap modernisme yang telah
dijadikan sains, rasionalitas suatu teologibaru yang menghasilkan suatu
kebudayaan yang matematis, kalkulatif, monolitik, dan keringbatin.Menurut Jean Francois Lyotard, modernisme muncul
dengan menggeser narasi spiritualtentang takdir manusia dengan narasi
yang lebih sekuler. Marxisme adalah suatu contohmenarik. Marxisme seayun dengan
narasi Kristiani tentang lahirnya Kerajaan Allah. Ideologitersebut memandang
sejarah manusia secara deterministik. Posmodernisme adalah periodedimana
ketidakpercayaan pada narasi-narasi raksasa yang sifatnya universal dan
esensialissemakin gencar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat
perumusan
masalah sebagai berikut;
a. Apa
pengertian filsafat modern?
b. Apa yang
dimaksud dengan positivisme?
c. apa yang
dimaksud dengan alam simbolik dan posmodernisme ?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:
a. Mengetahui
pengertian dari filsafat modern
b. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan positivisme
c. Mengetahui apa
yang dimaksud dengan alam simbolik dan posmodernisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
FILSAFAT MODERN
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu secara mendalam sampai ke akar – akarnya dalam
mencari hakikat dari suatu fenomena untuk memperoleh kebenaran yang
sesungguhnya. Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal
dari kitab suci atau ajaran agama, Tidak juga dari para penguasa tetapi dari
diri manusia sendiri. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan
adalah rasio. Dan Aliran emperisme sebaliknya
yaitu meyakini pengalaman Sumber pengetahuan itu,baik yang
batin maupun inderawi.
Aliran rasionalisme
di pelopori oleh Rene Descartes(1596-1650M) dalam Discoerse Dela methode tahun
1637 ia menegaskan perlunya pada metode jitu sebagai dasar kokoh Bagi semua
pengetahuan, yaitu dengan menyaksikan segalanya, secara metodis. namun dalam kesangsian yang metodis ini ternyata
hanya satu hal yang tidak dapat Diragukan,yaitu ‘Saya ragu-ragu’. Ini bukan
hayalan,tetapi kenyataan, bahwa ‘Aku ragu-ragu’.
Para filsuf zaman
modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran
agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun
tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme
beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari
rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber
pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul
aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat
berbeda.
Filsafat Modern (Masa
Renaissance) Renaissance
berarti “lahir kembali”. Pengertian riilnya adalah manusia mulai memiliki
kesadaran-kesadaran baru yang mengedepankan nilai dan keluhuran manusia.
Suasana dan budaya berpikirnya memang melukiskan “kembali” kepada semangat
awali, yaitu semangat filsafat Yunani kuno yang mengedepankan penghargaan
terhadap kodrat manusia itu sendiri.
Zaman renaissance sering disebut sebagai sebagai zaman humanisme, sebab
pada abad pertengahan manusia kurang dihargai sebagai manusia, kebenaran diukur
berdasarkan kebenaran gereja, bukan menurut yang dibuat oleh manusia.
humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia mempunyai
kemampuan berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka humanisme
menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunianya. Ciri utama
renaissance dengan demikian adalah humanisme, individualisme, lepas dari agama.
Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam merumuskan
pengetahuan, meskipun harus diakui bahwa filsafat belum menemukan bentuk pada
zaman renaissance, melainkan pada zaman sesudahnya, yang berkembang pada waktu
itu sains, dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan sains yang kemudian
berimplikasi pada semakin ditinggalkan agama kristen karena semangat humanisme.
Fenomena tersebut cukup tampak pada abad modern.
B. POSITIVISME
Pengertian
Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa
filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat
dialami sebagai suatu realita. Ini berarti, apa yang disebut sebagai positif
bertentangan dengan apa yang hanya ada di dalam angan-angan (impian), atau
terdiri dari apa yang hanya merupakan konstruksi atas kreasi kemampuan untuk
berpikir dari akal manusia.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian positivisme secara
terminologis berarti merupakan suatu paham yang dalam ‘pencapaian
kebenaran’-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi.
Segala hal diluar itu, sama sekali tidak dikaji dalam positivisme.
Tokoh aliran ini
adalah August Comte (1798-1857). Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu
aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan
rasionalisme. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah (scientific
method) dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Positivisme
mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empiris yang terukur.
“Terukur” inilah sumbangan penting positivisme. Misalnya, hal panas.
Positivisme
mengatakan bahwa air mendidih adalah 100 derajat celcius, besi mendidih 1000
derajat celcius, dan yang lainnya misalnya tentang ukuran meter, ton, dan
seterusnya. Ukuran - ukuran tadi adalah operasional, kuantitatif, tidak
memungkinkan perbedaan pendapat.
Pada dasarnya positivisme adalah sebuah
filsafat yang meyakini bahwa satu – satunya pengetahuan yang benar adalah yang
didasarkan pada pengalaman aktualfisikal. Pengetahuan demikian hanya bisa
dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik yang ketat,
yang karenanya spekulasi metafisis dihindari. Positivisme, dalam pengertian
diatas dan sebagai pendekatan telah dikenal sejak Yunani Kuno . Terminologi
positivisme dicetuskan pada pertengahan abad 19 oleh salah satu pendiri ilmu
sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte percaya bahwa dalam alam pikiran manusia
melewati tiga tahapan historis yaitu teologi, metafisik, dan ilmiah. Dalam
tahap teologi, fenomena alam dan sosial dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan
spiritual. Pada tahap metafisik manusia akan mencari penyebab akhir (ultimate
cause) dari setiap fenomena yang terjadi. Dalam tahapan ilmiah usaha untuk
menjelaskan fenomena akan ditinggalkan dan ilmuwan hanya akan mencari korelasi
antar fenomena. Pengembangan penting dalam paham positivisme klasik dilakukan
oleh ahli ilmu alam Ernst Mach yang mengusulkan pendekatan teori secara fiksi
(fictionalist).
Positivisme adalah
suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.
Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana
untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya
idealisme Jerman Klasik).
Positivisme
merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan
logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam
satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
Terdapat tiga tahap dalam perkembangan positivisme, yaitu:
1) Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi,
walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan
oleh Comte dan tentang Logika yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-tokohnya
Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan Spencer.
2)
Munculnya tahap kedua dalam
positivisme – empirio-positivisme – berawal pada tahun 1870-1890-an dan
berpautan dengan Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan pengetahuan formal
tentang obyek-obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri positivisme awal.
Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang
psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.
3)
Perkembangan positivisme
tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan tokoh-tokohnya O.Neurath,
Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain. Serta kelompok yang turut berpengaruh
pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin.
Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis,
positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga ini
diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan
lain-lain.
C. ALAM SIMBOLIK DAN POSTMODERNISME
1.
Pengertian alam
simbolik
Alam simbolik Merupakan reaksi keras terhadap
positivisme terutama pada asumsi kesatuan metode untuk ilmu-ilmu alam maupun
ilmu-ilmu manusia.
Metode positivistik mengasumsikan bahwa objek-objek alam maupun manusia
bergerak secara deterministik-mekanis.
Menurut Ernest Cassirer, manusia adalah makhluk yang
memiliki substratum simbolis dalam benaknya hingga mampu memberikan jarak
antara rangsangan dan tanggapan. Refleksi tersebut melahirkan apa yang disebut
sistem-sistem simbolis, seperti ilmu pengetahuan, seni, religi dan bahasa.
Positivisme telah mereduksi kekayaan pengalaman
manusia menjadi fakta-fakta empiris.Manusia menurut Ernest Cassirer adalah
makhluk yang memiliki substratum simbolisdalam benaknya hingga mampu memberikan
jarak antara rangsangan dan tanggapan.Distansiasi tersebut melahirkan apa yang disebut
sistem-sistem simbolis,seperti ilmu pngetahuan, seni, religi, dan bahasa
(Adian, 2002:13)
2.
Pengertian Post Modernisme
Post-modern-isme, berasal dari
bahasa Inggris yang artinya faham (isme), yang berkembang setelah (post)
modern. Istilah ini muncul pertama kali pada tahun 1930 pada
bidang seni oleh Federico de Onis untuk menunjukkan reaksi dari
moderninsme. Kemudian pada bidang Sejarah oleh Toyn Bee dalam bukunya Study of
History pada tahun 1947. Setelah itu berkembanga dalam bidang-bidang lain dan
mengusung kritik atas modernisme pada bidang-bidangnya sendiri-sendiri.
Postmodernisme adalah
faham yang berkembang setelah era modern dengan modernisme-nya.
Postmodernisme bukanlah faham tunggal sebuat teori, namun justru menghargai
teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari titik temu yang tunggal.Banyak
tokoh-tokoh yang memberikan arti postmodernisme sebagai kelanjutan dari modernisme. Namun
kelanjutan itu menjadi sangat beragam. Bagi Lyotard dan Geldner,
modernisme adalah pemutusan secara total dari modernisme.
Bagi Derrida, Foucault dan Baudrillard, bentuk radikal dari
kemodernan yang akhirnya bunuh diri karena sulit menyeragamkan teori-teori.
Bagi David Graffin, Postmodernisme adalah koreksi beberapa aspek dari
moderinisme. Lalu bagi Giddens, itu adalah bentuk modernisme yang sudah
sadar diri dan menjadi bijak. Yang terakhir, bagi Habermas, merupakan satu
tahap dari modernisme yang belum selesai.
Postmodernisme adalah sebuah term
atau istilah yang rumit. Suatu hal yang sulit, bila tidak bisa dikatakan
mustahil, untuk menjelaskan postmodernisme. Tidak hanya postmodernisme bisa
ditemukan dalam berbagai hal (seperti dalam seni, arsitekur, studi literatur,
dan ilmu sosial), namun juga dalam berbagai hal tersebut postmodernisme
dimengerti dan dijelaskan dengan berbagai cara yang berbeda. Apabila kita
berbicara mengenai pengertian postmodernisme, maka akan beragam definisi yang
bisa ditemukan. Mengenai beragamnya definisi postmodernisme, Kvale (2006)
berpendapat bahwa istilah postmodernisme, yang berasal dari istilah posmodern,
dapat sangat luas, kontroversial, dan ambigu.Halini terlihat dari pembagian pengertian
yang Kvale lakukan untuk
membedakan istilah postmodern, yaitu :
– Postmodernitas yang
berkaitan dengan era posmodern. Satu pendapat mengatakan bahwa
post-modernitas adalah suatu kondisi atau keadaan; perhatiannya kepada
perubahan pada lembaga-lembaga dan kondisi-kondisi, seperti ekonomi, politik,
dan kultural (Giddens 1990; Jenkins, 1995: 6). Postmodernitas adalah
kondisi dimana masyarakat tidak lagi diatur oleh prinsip produksi barang,
melainkan produksi dan reproduksi informasi dimana sektor jasa menjadi faktor
yang paling menentukan. Masyarakat adalah masyarakat konsumen yang tidak lagi
bekerja demi memenuhi kebutuhan, melainkan demi memenuhi gaya hidup.
– Posmodernism yang
berkaitan dengan ekspresi kultural era postmodern. Pemikiran posmodern,
atau wacana, yang berkaitan dengan refleksi filosofis dari era dan budaya
postmodern. Postmodernisme adalah perubahan-perubahan intelektual ekspresif
pada level teori; pada estetika, sastra, filsafat politik atau sosial yang
secara sadar menjawab kondisi-kondisi postmodernitas, atau yang mencoba
bergerak melampaui atau melakukan kritik terhadap modernitas.
Lahirnya Postmodernisme
Post modernisme (postmo) adalah
gerakan untuk melawan, bahkan menolak arus utama modernisme, ada pula yang
mengganggapnya sebagai anti-modernisme dan anti-positivisme.
Dalam situs http://en.wikipedia.org/wiki/Postmodernismmenyebutkan bahwa ; Istilah
postmodernisme dibuat pada akhir tahun 1940 oleh sejarawan Inggris, Arnold
Toynbee. Akan tetapi istilah tersebut baru digunakan pada pertengahan 1970 oleh
kritikus seni dan teori asal Amerika, Charles Jencks, untuk menjelaskan gerakan
antimodernisme. Jean-Francois Lyotard, dalam bukunya The Postmodern Condition:
A Report on Knowledge (1979), adalah salah satu pemikir pertama yang menulis
secara lengkap mengenai postmodernisme sebagai fenomena budaya yang lebih luas.
Ia memandang postmodernisme muncul sebelum dan setelah modernisme, dan
merupakan sisi yang berlawanan dari modernisme. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Flaskas (2002) yang mengatakan bahwa postmodernisme adalah oposisi dari premis
modernisme. Beberapa di antaranya adalah gerakan perpindahan dari
fondasionalisme menuju anti-fondasionalisme, dari teori besar (grand theory)
menuju teori yang spesifik, dari sesuatu yang universal menuju ke sesuatu yang
sebagian dan lokal, dari kebenaran yang tunggal menuju ke kebenaran yang
beragam. Semua gerakan tersebut mencerminkan tantangan postmodernist kepada
modernist. Sedangkan Adian (2006) menangkap adanya gejala “nihilisme”
kebudayaan barat modern. Sikap kritis yang bercikal bakal pada filsuf semacam
Nietzsche, Rousseau, Schopenhauer yang menanggapi modernisme dengan penuh
kecurigaan. Sikap-sikap kritis terhadap modernisme tersebut nantinya akan
berkembang menjadi satu mainstream yang dinamakan postmodernisme.
BAB III
PENUTUP
Ø
KESIMPULAN
a) FILSAFAT MODERN
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu secara
mendalam sampai ke akar – akarnya dalam mencari hakikat dari suatu fenomena
untuk memperoleh kebenaran yang sesungguhnya.
b)
POSITIVISME
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang
menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan
menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya
spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
c)
ALAM SIMBOLIK
Alam simbolik Merupakan reaksi keras terhadap
positivisme terutama pada asumsi kesatuan metode untuk ilmu-ilmu alam maupun
ilmu-ilmu manusia.
d)
POSTMODERNISME
Postmodernisme adalah faham yang berkembang setelah era
modern dengan modernisme-nya. Postmodernisme bukanlah faham tunggal sebuat
teori, namun justru menghargai teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari
titik temu yang tunggal.
Ø
KRITIK DAN SARAN
Jadikanlah
makalah ini sebagai media untuk memahami tentang penjelasan dari filsafat
modern, positivisme, alam simbolik dan posmodernisme. Dalam penulisan makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritikan dan konstruktif demi kesempurnaan penulisan
makalah.Adapun
saran kami sebagai penyaji makalah kepada para pembaca ialah untuk tetap
mencari referensi-referensi yang lain yang menyangkut dalam pembahasan ini, di
karenakan makalah ini hanya garis-garis besar saja dan
hanya sebagian referensi buku yang kami jadikan, sehingga makalah
ini tercipta sederhana. Yang akan di kwatirkan para pembaca kurang memahami
yang lebih dalam lagi . dan apa bila buku ini bermanfaat dan bisa menjadi
pegangan sehari-hari, itu datang nya dari Allah Swt, dan apabila di dalam
makalah ini terdapat banyak kekurangan itu datangnya dari pemakalah sendiri.
Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar