makalah teory analisis framing
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Analisis framing adalah salah
satu metode analisis media, seperti halnya analisis isi dan analisis semiotik. Secara sederhana, Framing adalah membingkai sebuah
peristiwa, atau dengan kata lain framing digunakan untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan atau media massa ketika menyeleksi isu dan menulis berita.
Framing merupakan metode penyajian realitas di
mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan
dobelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan pada aspek tertentu.
Penonjolan aspek-aspek tertentu dari isu berkaitan dengan penulisan
fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa dipilih, bagaimana
aspek tersebut ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan pamakaian
diksi atau kata, kalimat, gambar atau foto, dan citra tertentu untuk
ditampilkan kepada khalayak. Analisis framing digunakan untuk
mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dan lainnya)
yang dilakukan oleh media massa.
Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang
berarti realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu.
Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih
diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengena dalam pikiran khalayak. Dalam
praktik, analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame surat kabar,
sehingga dapat dilihat bahwa masing-masing surat kabar sebenarnya meiliki kebijakan politis tersendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan analisis
framing ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui maksud dari analisis
framing
BAB II
ANALISIS FRAMING
A.
Pengertian Framing
Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan
dengan elemen-elemen yang berbeda dalam teks berita (setiap kutipan sumber,
latar informasi, pemakaian kata/kalimat tertentu) dalam teks keseluruhan. Frame
ini berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa,
dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Dalam
pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat skruktur besar. Pertama,
struktur sintaksis, kedua struktur skrip, ketiga struktur tematik, keempat
struktur retoris.[1]
Menurut
Sobur (2004:162), framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana
persepektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi
isu dan menulis berita. Berdasarkan pengertian tersebut, framing adalah
bagaimana cara wartawan melaporkan sebuah peristiwa berdasarkan sudut pandang
yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Menurut
Eriyanto (2002:10), framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story
telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada ‘cara
melihat’ terhadap realitas yang dijadikan berita. Analisis framing
adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksikan
realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana
peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.
Sedangkan
Aditjandro, seperti yang dikutip Sudibyo mendefinisikan Framing sebagai
metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak
diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan
sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah
yang punya konotoasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat
ilustrasi lainnya (Sobur, 2004:165).
Beberapa
definisi lainnya, yaitu:
1.
Menurut Robert Etman
Proses seleksi di berbagai aspek
realitas sehingga aspek tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan
aspek lainnya. Ia juga menyatakan informasi-informasi dalam konteks yang khas
sehingga tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi lainnya.
2.
Menurut Todd Gitlin
Strategi bagaimana realitas atau dunia
dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak.
Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan
menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan,
penekanan dan presentasi aspek tertentu dari realitas.
3.
Menurut David Snow dan Robert
Benford
Pemberian makna untuk ditafsirkan
peristiwa dari kondisi yang relevan Frame mengorganisasikan system kepercayaan
dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, seperti anak kalimat, citra tertentu,
sumber informasi dan kalimat tertentu.
4.
Menurut Zhongdan dan Pan Konsicki
Sebagai konstruksi dan memproses
berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan
peristiwa dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.
B.
Konsep Framing
Frame yang
digunakan dalam sebuah pesan dapat dideteksi dan dikaji melalui analisis framing. Dalam penelitian komunikasi, analisis framing telah banyak digunakan oleh para
peneliti terutama untuk mengkaji berita dan jurnalistik terkait peranannya
dalam membentuk interpretasi media tentang realitas dan pengaruhnya tehadap
khalayak. Teori framing maupun analisis framing adalah pendekatan teoritis yang telah
digunakan dan diterapkan dalam studi komunikasi, politik, dan gerakan sosial.
Konsep analisis framing dikenalkan pertama kali oleh Erving Goffman (1974) melalui bukunya yang bertajuk Frame Analysis : An Essay on The Organization
of Experience. Menurutnya, analisis framing adalah suatu definisi dari situasi
yang dibangun dengan prinsip-prinsip organisasi yang mengatur kejadian dan
keterlibatan subyektivitas yang kita miliki di dalamnya.
Sementara
itu, Chralotte Ryan (1991) menggambarkan analisis framing pada sisi penerimaan pesan. Ia
menyatakan analisis framing sebagai sebuah
instrumen atau alat untuk memesan informasi tentang apa yang dirasakan khalayak
terhadap berbagai masalah politik. Misalnya, kita menggunakan analisis framing untuk mendengar dan memahami rasa
takut dan rasa sakit dari sebuah kelas, komunitas, atau sebuah bangsa, dan
kemudian mengkristalisasi pemahaman mereka tentang sebuah masalah.
Pada
dasarnya analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis
wacana, khususnyauntuk menganalisis teks media. Frame dimaknai sebagai struktur
konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik,
kebijakan dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk
mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh
Goffman pada tahun 1974, yang mengandalkan frame sebagai kepingan-kepingan
perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu-individu dalam membaca
realitas. Konsep framing sering digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan
menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media.
Framing
dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga
isu tertentu mendapatkan tempat lebih besar daripada isu yang lain. Konsep
framing telah digunakan secara luas dalam literature ilmu komunikasi untuk
menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah
realita oleh media Analisis framing
dalam perspektif komunikasi dipakai untuk membedah cara-cara atau ideology
media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi,
penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih
menarik, lebih berarti atau lebih mudah diingat untuk menggiring interpretasi
khalayak sesuai dengan perspektifnya.
C.
Model Framing
Ada
beberapa model yang digunakan dalam analisis framing, antara lain
sebagai berikut:
a.
Framing model Murray Edelman
Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi.
Kategorisasi dalam pandangan Edeleman, merupakan abstraksi dan fungsi dari
pikiran. Kategori, membantu manusia memahami realitas yang beragam dan tidak
beraturan tersebut menjadi realitas yang mempuyao makna (Eriyanto, 2002:158).
Edelman menambahkan kategorisasi merupakan
kekuatan yang besar dalam mempengaruhi pikiran dan kesadaran publik. Dengan
kata lain, fungsi kategorisasi adalah untuk mempengaruhi pikiran dan kesadaran
publik untuk memahami realitas. Salah satu kategorisasi penting dalam pemberitaan
rubrikasi. Rubrikasi ini haruslah dipahami tidak semata-mata sebagai persoalan
teknis atau prosedur standar dari pembuatan berita. Rubrikasi digunakan untuk
membantu pembaca agar lebih mudah memahami suatu peristiwa yang sudah
dikontruksikan.
b.
Framing Model Robert N. Entman
Konsep framing, oleh Entman, digunakan
untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas
oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan
informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan
alokasi lebih besar daripada isu yang lain.
Framing bagi Entman digunakan untuk menonjolkan
suatu aspek yang ingin menonjolkan suatu aspek yang ingin ditonjolkan dengan
menempatkan isu-isu tertentu yang untuk diketahui pembaca.
c.
Framing model William A. Gamson
Menurut Gamson fungsi framing adalah
untuk menghubungkan wacana yang ada dimedia dengan pendapat umum yang sedang
berkembang mengenai suatu peristiwa yang terjadi.
d.
Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki
Secara sederhana, analisis framing mencoba
untuk membangun sebuah komunikasi bahasa, visual, dan pelaku dan
menyampaikannya kepada pihak lain atau menginterpretasikan dan
mengklasifikasikan informasi baru. Melalui analisa bingkai, kita mengetahui
bagaimanakah pesan diartikan sehingga dapat
diinterpretasikan
secara efisien dalam hubungannya dengan ide penulis.
Framing didefinisikan sebagai proses membuat
suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain
sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut, menurut Pan dan Konsicki
ada dua konsep dari framing yang saling berkaitan, yaitu konsep psikologis dan
konsep sosiologis yaitu :
·
Dalam konsep psikologis, framing dilihat
sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks khusus dan menempatkan elemen
tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi
seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi lebih penting dalam
mempengaruhi pertimbangan seseorang saat membuat keputusan tentang realitas.
·
Sedangkan konsep sosiologis framing dipahami
sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan
menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar
dirinya
Dalam Zhondhang Pan Dan Gerald M Kosicki, kedua
konsep tersebut diintegrasikan. Secara umum konsepsi psikologis melihat frame
sebagai persoalan internal pikiran seseorang, dan konsepsi sosiologis melihat
frame dari sisi lingkungan sosial yang dikontruksi seseorang.
Menurut Etnman, framing berita dapat dilakukan
dengan empat teknik, yakni pertama, problem identifications yaitu peristiwa
dilihat sebagai apa dan nilai positif atau negatif apa, causal
interpretations yaitu identifikasi penyebab masalah siapa yang dianggap
penyebab masalah, treatmen rekomnedations yaitu menawarkan suatu cara
penanggulangan masalah dan kadang memprediksikan penanggulannya, moral
evaluations yaitu evaluasi moral penilaian atas penyebab masalah.
Analisis framing ini berangkat dari teori
konstruksi sosial yang pertama kali diperkenalkan oleh Peter L. Berger bersama
dengan Thomas Luckman. Dalam teorinya tersebut dinyatakan bahwa realitas tidak
dibentuk secara ilmiah, tidak juga merupakan sesuatu yang diturunkan oleh
Tuhan. Akan tetapi
merupakan
sebuah bentuk dan dikontruksi.
D.
Proses Analisis Framing
Proses analisis dibagi menjadi empat
bagian, yaitu:
1)
Frame building (bangunan
bingkai/frame)
Studi-studi ini mencakup tentang dampak
faktor-faktor seperti pengendalian diri terhadap organisasi, nila-nilai
profesional dari wartawan, atau harapan terhadap audien terhadap bentuk dan isi
berita. Meskipun demikian, studi tersebut belum mampu menjawab bagaimanakah
media dibentuk atau tipe pandangan/analisis yang dibentuk dari proses ini. Oleh
karena itu, diperlukan sebuah proses yang mampu memberikan pengaruhnya terhadap
kreasi atau perubahan analisa dan penulisan yang diterapkan oleh wartawan.
Frame bulding meliputi kunci
pertanyaan: faktor struktur dan organisasi seperti apa yang mempengaruhi sistem
media, atau karakteristik individu wartawan seperti apa yang mampu mempengaruhi
penulisan sebuah berita terhadap peristiwa.
2)
Frame setting (pengkondisian
framing)
Proses kedua yang perlu diperhatikan
dalam framing sebagai teori efek media adalah frame setting. Para ahli
berargumen bahwa frame setting didasarkan pada proses identivikasi yang sangat
penting. Frame setting ini termasuk salah satu aspek pengkondisian agenda
(agenda setting). Agenda setting lebih menitikberatkan pada isu-isu yang
menonjol/penting, frame setting, agenda setting tingkat kedua, yang menitikberatkan
pada atribut isu-isu penting. Level pertama dari agenda setting adalah
tarnsmisi objek yang penting, sedangkan tingkat kedua adalah transmisi atribut
yang penting.
Menurut Nelson dalam Scheufele
(1999:116) menyatakan bahwa analisa penulisan berita mempengaruhi opini dengan
penekanan nilai spesifik, fakta, dan pertimbangan lainnya, kemudian diikuti
dengan isu-isu yang lebih besar, nyata, dan relevan dari pada memunculkan
analisa baru.
3)
Individual-Level Effect of Farming
(tingkat efek framing terhadap individu)
Tingkat pengaruh individual terhadap
seseorang akan membentuk beberapa variabel perilaku, kebiasaan, dan variabel
kognitif lainnya telah dilakukan dengan manggunakan model kota hitam (black-box
model). Dengan kata lain, studi ini terfokus pada input dan output, dan dalam
kebanyakan kasus, proses yang menghubungkan variabel-variabel kunci diabaikan.
Kebanyakan penelitian melakukan
percobaan pada nilai keluaran framing tingkat individu. Meskipun telah
memberikan kontribusi yang penting dalam menjelaskan efek penulisan berita di
media dalam hubungannya dengan perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif
lainnya, studi ini tidak mampu menjelaskan bagaimana dan mengapa dua variabel
dihubungkan satu sama lain.
4)
Journlist as Audience (wartawan
sebagai pendengar)
Pengaruh dari tata mengulas berita pada
isi yang sama dalam media lain adalah fungsi beragam faktor. Wartawan akan
lebih cenderung untuk melakukan pemilihan konteks. Di sini, diharapkan wartawan
dapat berperan sebagai orang yang mendengarkan analisa pembaca sehingga ada
timbal balik ide. Akibatnya, analisa wartawan tidak serta merta dianggap paling
benar dan tidak terdapat kelemahan.
Questioning Answers or Answering
Questioning (Menjawab Pertanyaan atau Mempertanyakan
Jawaban)?
Perkembangan efek media, konsep
pengulasan sebuah peristiwa masih jauh dari apa yang sedang diintegrasikan
dalam sebuah model teoritis. Hasilnya, sejumlah pendekatan framing dikembangkan
tahun-tahun terakhir, namun hasil perbandingan empiris masih jauh dari apa yang
diaharapkan.
BAB III
KESIMPULAN
Frame ini
adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen-elemen yang berbeda dalam teks
berita (setiap kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata/kalimat tertentu)
dalam teks keseluruhan. Frame ini berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang
memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan
dalam teks. Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat
skruktur besar. Pertama, struktur sintaksis, kedua struktur skrip, ketiga struktur
tematik, keempat struktur retoris.
Analisis framing adalah salah
satu metode analisis media, seperti halnya analisis isi dan analisis semiotik. Secara sederhana, Framing adalah membingkai sebuah
peristiwa, atau dengan kata lain framing digunakan untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan atau media massa ketika menyeleksi isu dan menulis berita.
Analisis framing didapatkan dari data
manifest dan latent dengan analisis akhir dan simpulan latent. Objek yang
dianalisis khusus tentang berita. Unit analisisnya berupa skema, produksi, dan
reproduksi berita.
Daftar Pustaka
Eriyanto. 2002. Analisis Framing Konstruksi, Ideologi,
dan Politik Media. (Jakarta: LkiS)
https://www.pakarkomunikasi.com/2017/9/23
Komentar