konsekuensi muslim di indonesia dan dasar pemahaman politik.
KONSEKUENSI ISLAM DI INDONESIA DAN DASAR PEMAHAMAN POLITIK
1. 1. Konsekuensi
seorang muslim di NKRI
menerima seluruh ayat Al Qur’an. Hal ini karena Islam merupakan
agama yang didasari oleh wahyu yang sudah termuat di dalam Al Qur’an. Setiap
Muslim harus beriman kepada Al Qur’an sebagai kitab suci yang asli. Sehingga,
ia mau menerima seluruh ayat di dalam Al Qur’an, baik muatannya itu disenangi
atau tidak. Sikap menerima terhadap apa yang terdapat di dalam Al Qur’an akan
membuat seorang muslim mau memenuhi apa yang menjadi tuntunan di dalamnya.
Menerima seluruh ayat di dalam Al Qur’an merupakan perkara yang
sangat mendasar. Karena, dengan demikian seseorang akan bersedia nantinya untuk
hidup sesuai dengan Al Qur’an. Atau meminjam istilahnya Sayyid Quthb, yakni
hidup dibawah naungan Al Qur’an. yang merupakan konsekuensi menjadi Muslim
adalah berhukum pada ketentuan Islam. Setiap orang yang mengaku Muslim atau
mukmin amat dituntut untuk menjalani kehidupan sesuai dengan ketentuan Allah
dan Rasulnya. Dan sudah selayaknya kita sebagai seorang muslim yang berada di negara
republik indonesia harus bisa mendakwahkan islam di NKRI ini agar umat
muslimyang bertempat tinggal di indonesia dapat memberikan peran penting bagi
NKRI yang sangat kita cintai ini.
2. 2. Menyikapi
fenomena ahok
Ustadz Shabri menyebut bahwa sikap Ahok itu secara tidak langsung
telah mengolok-olok ayat suci Al-Qur’an.
“Makin hari makin nampak, orang kafir itu memperolok-olok
Al-Qur’an,”
Pasalnya, Ahok seolah menyerukan agar mengesampingkan kitab suci
Al-Qur’an dan menjauhkan umat Islam dari Al-Qur’an. Padahal Al-Qur’an merupakan
dasar pijakan bagi umat Islam.
“Cara-cara ini harus kita tolak. Semoga umat Islam semakin cerdas,
Al-Qur’an itu akan semakin menjadi bukti kebenaran,”
Fenomena Ahok, menurut Ustadz Shabri, semakin membuktikan kebenaran
Al-Qur’an 14 abad yang lalu, tentang tingkah laku orang kafir. Hal itu
sebagaimana firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا
دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ
وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi
pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan,
(yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan
orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika
kamu betul-betul orang-orang yang beriman .
3. 3. Dasar
pemahaman politik vs syariat berjama’ah
Dasar pemahaman politik bersumber pada undang undang negara . dan
dapat disimpulkan pula bahwa Politik ialah suatu kegiatan atau interaksi antara
rakyat dengan pemerintah dalam proses
menentukan tujuan, baik dalam proses pembuatan keputusan maupun pelaksanaan
keputusan dan bersifat mengikat dalam suatu wilayah tertentu.
Didalam ilmu politik, kita mengenal konsep-konsep dasar ilmu
politik. Diantarnya, Negara, Kekuasaan, Pengambilan keputusan, Kebijaksanaan
Umum (Public Policy), dan Pembagian Lokasi (Distribution and Alocation).
Sedangkan syariat berjamaah merupakan ketentuan dari Allah yang harus di
jalankan oleh seluruh muslim di dunia. Dan syariat berjama’ah pun bersumber
pada al-qur’an dan as-sunah. Dan ketentuan untuk syari’at berjama’ah adalah
bersifat mutlak dan tidak bisa di ubah hukumnya adalah wajib.
4. 4. Kekuasaan
pancasila vs kekuasaan islam.
Dalam Pandangan Islam, kekuasaan bukan semata memperoleh jabatan
dan dukungan rakyat, akan tetapi lebih dari itu bahwa Allah memberikan tata
cara menggunakan amanah tersebut dalam formulasi perbaikan dan pembangunan,
serta merealisasikan hukum Allah bagi seluruh umat manusia. Merupakan
keniscayaan dakwah untuk menegakkan amar
ma’ruf nahi mungkar sebagaimana sejarah
dakwah yang dilakukan oleh para nabi ditemukan suatu kenyataan bahwa memasuki
wilayah politik dan kekuasaan adalah sebuah jalan yang harus dilalui umat
Islam, terutama melihat kerusakan sistem politik yang parah di dalamnya. Karena
Islam adalah agama yang Syamil (menyeluruh) menyentuh seluruh aspek kehidupan.
Islam tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat, rumah tangga dan
negara, ekonomi, sosial, budaya dan syariat. Sedangkan kekuasaan menurut
pancasila Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau lembaga dalam memaksakan
kehendaknya terhadap orang lain atau lembaga lain. Kekuasaan mampu memberikan
jalan bagi pemenuhan kebutuhan dan mewujudkan kepentingan seseorang, baik
ketika terjadi perbenturan antara kepentingan dan kebutuhan orang lain maupun
lembaga lain. Pancasila sebagai sebuah dasar negara yang merupakan kristalisasi
kehendak dan kepentingan seluruh bangsa Indonesia akan mampu mencapai tujuan
berdirinya negara atau lembaga, ketika ia menerima legitimasi bahwa ia,
Pancasila, adalah penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Ia menerima legitimasi
dan diakui oleh seluruh bangsa Indonesia untuk menjadi dasar filsafat berdirinya
negara ini. Kekuasaan itu telah kita berikan. Pada saat yang bersamaan kita
menyerahkan kekuasaan kita menyangkut kebebasan dan kemerdekaan kepada negara.
Setelah itu negara akan berfungsi sebagaimana kehendak kita yang terkristalkan
dalam Pancasila. Kekuasaan kita sekali lagi kita berikan ketika pemerintah
terbentuk dan sekali lagi ketika lembaga perwakilan kita dalam negara
terbentuk.

Komentar